Ringkasan
Dewi adalah janda yang sudah mempunyai anak satu, mempunyai tubuh yang seksi putih mulus dan dadanya lumayan besar tapi masih lebih besar kepunyaan Tante Lina. Anang mengintip dari lobang pintu dan terlihat jelas apa yang di lakukan oleh Dewi, wanita itu sudah tidak memakai baju sambil tangan kanan sedang meremas dada miliknya dan tangan satunya masuk ke dalam rok yang di pakai.
Metropolitan Teenfiction Dewasa
1) Menjemput
Cerita ini adalah fiktif belaka, hanya untuk menghibur pembaca sekalian. Harap bijak dalam mebacanya, terimakasih.
Anang adalah pemuda yang usianya menginjak tujuh belas tahun, ia sudah terbiasa dengan kehidupan malam, perpisahan kedua orang tuanyalah penyebab segalanya.
Menghancurkan kebahagiaan dan mengubur semua cita-citanya.
Tante Lina adalah pelabuhan hidupnya sekarang yang mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan Anang. Dari masuk smp sampai sma, dialah yang membiayai semua kebutuhan hidup Anang.
Tante Lina adalah tetangga Anang yang kebetulan sudah menikah selama lima belas tahun tapi belum di beri momongan, suaminya seorang nahkoda dan jarang pulang.
Kehidupan Tante Lina serba kecukupan, ia adalah seorang pengusaha butik di wilayah tersebut. Anang diangkat menjadi anaknya, semenjak itu kehidupannya terjamin dan kecukupan.
‘’Anang!, Anang!’’ suara Tante Lina yang berteriak di balik pintu kamar.
‘’Iya bentar’’ jawab Anang sambil bergegas bangun dan membuka pintu kamar.
‘’Arghh...Anang, kamu apa apaan sih..?’’ kata Tante Lina sambil berteriak dan menutup mata dengan tangannya.
‘’Ada apa Tante, kenapa berteriak seperti itu’’ sahut Anang yang masih belum sadar sepenuhnya.
‘’Itu lepas, cepat tutup dong..’’ kata Tante Lina sambil mengintip di balik jari tangan yang menutup matanya.
‘’Maksud Tante apa?’’ tanya Anang bingung karena ia baru saja bangun.
‘’Burung kamu lepas Nang..!!’’ ucap Tante Lina yang masih mengintip sambil tangan satunya menunjuk ke arah burung pemuda itu.
Anang seketika menundukkan kepala dan melihat..., ia lupa memakai celana karena sudah terbiasa setiap ia tidur tidak pernah berpakaian. Burung Anang sangat tegang di pagi ini dan bertengger menjulang dengan percaya diri di hadapan Tante Lina.
‘’Maaf Tante’’ ucap Anang dengan raut wajah memerah karena malu, ia berlari ke kamar mandi.
Anang merasa sangat malu sekali, ia takut kalau Tante Lina akan marah dan mengusirnya dari rumah itu. Anang pikir Tante Lina sudah pergi dari kamarnya ternyata wanita itu masih ada.
‘’Nang, mandinya jangan lama-lama, kita sudah kesiangan loh, hampir jam tujuh’’ kata Tante Lina setengah berteriak.
‘’Iya Tan, sebentar’’ balas Anang yang merasa lega karena Tante Lina tidak marah seperti yang ia duga.
Anang bergegas keluar dari kamar mandi dan langsung masuk ke kamarnya untuk berpakaian. Setelah rapi dia turun ke bawah untuk sarapan bersama Tante Lina. Anang sebentar mengintip dari tangga karena meja makan terlihat dari atas, tanpa sengaja Anang melihat belahan dada Tante Lina yang putih mulus.
Mau tak mau Anang harus turun walaupun ia masih merasa malu dengan kejadian tadi. Ia perlahan menuruni tangga.
‘’Pagi Tan..?’’ sapa Anang dengan sedikit rasa malu.
Anang duduk di seberang kursi dimana Tante Lina duduk, ia sengaja memilih kursi yang berlawanan, karena setiap makan bersama akan ada pemandangan indah dan gratis.
‘’Pagi juga, mau sarapan roti apa mau nasi goreng?’’ ucap Tante Lina dan menawarkan makanan.
‘’Nasi goreng aja Tan, soalnya kalau roti cepat laper lagi’’ balas Anang sedikit tersenyum.
‘’Oke, bentar Tante ambilkan’’ sahut Tante Lina.
Wanita itu sedikit membungkuk untuk mengambil nasi goreng dan benar saja pemandangan indah yang di harapkan sudah nampak di depan mata Anang, pagi ini Tante Lina memakai baju yang atasnya agak terbuka.
‘’Kenapa bengong? Ayo cepat makan’’ suara Tante Lina membuyarkan khayalan Anang.
‘’Iya..iya tan, makasih’’ ucap Anang gugup dan salah tingkah.
‘’Mmm..tante...?’’ ucap Anang.
2) Suara desahan
‘’Mmm..tante...?’’ ucap Anang.
‘’Apa Nang?’’ tanya Tante Lina.
‘’Aku minta maaf ya Tan..’’ ucap Anang sedikit ragu.
‘’Maaf buat apa?’’ tante Lina bertanya.
‘’Masalah tadi, aku benar-benar tidak di sengaja’’ Anang berbicara dan sebentar menunduk.
‘’Nang, nang...aku kira kamu mau ngomong apa, tante sudah lupa kok kejadian tadi, hehehe..’’ sahut Tante Lina sambil membatin ( sebenarnya tante ga bisa melupakan itu, nang. ).
‘’Makasih ya Tan’’ ucap Anang merasa lega.
‘’Ya udah cepet habisin sarapannya, nanti kita telat’’ujar Tante Lina sambil melirik.
‘’Telat? Emang kita mau kemana tan?’’ tanya Anang bingung.
‘’Kamu lupa ya..?’’ sahut Tante Lina sedikit mengerutkan kening.
‘’Kita mau jemput suami Tante’’ sambung Tante Lina.
Jaka adalah suaminya Lina yang pulang hari ini dan minta di jemput di bandara oleh istrinya.
‘’Maaf aku lupa Tan’’ balas Anang.
Selesai sarapan, mereka bergegas pergi ke bandara dengan mengendarai mobil dengan cepat supaya tepat waktu karena jarak rumah mereka lumayan jauh dari bandara dan menghindari kemacetan.
Setelah menjemput Jaka, tante Lina mengajak mampir ke mall yang deket dengan bandara tersebut. Anang yang mengemudikan mobil sedangkan Tante Lina dan Jaka duduk di kursi belakang.
Sepanjang jalan Jaka dan tante Lina sangat mesra karena mereka jarang sekali bertemu. Dalam perjalanan tiba-tiba Jaka menyuruh Anang untuk putar balik, ‘’Nang, di depan putar balik ya, kita gak jadi ke mall langsung pulang saja’’ ucap Jaka.
‘’Baik om’’ jawab Anang tanpa banyak tanya dan mengikuti arahan Jaka.
‘’Kok gak jadi ke mall, pah?’’ tanya Lina.
‘’Kepala papaih pusing, pengin cepat pulang dan istirahat’’ jawab Jaka.
Anang yang melihat itu hanya tersenyum dalam hatinya, ( yang pusing bukan kepalanya tapi burungnya, hehehe) gumamnya dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit akhirnya mereka sampai di rumah. Jaka langsung menarik tangan istrinya agar cepat turun.
‘’Sabar dong pah..’’ ucap Lina.
‘’Ayo mah, cepetan..’’ balas Jaka yang sudah tak sabar ingin masuk ke kamar.
‘’Malu sama Anang pah’’ bisik Lina pada suaminya.
‘’Biarin aja mah, dia udah besar mungkin udah ngarti gituan’’ balas Jaka.
Setelah kedua orang itu masuk ke rumah lalu Anang memarkirkan mobil di garasi. Ia pun turun dari mobil dan berjalan masuk ke rumah, saat menaiki tangga ia mendengar suara Tante Lina yang sedang kenikmatan.
‘’Yes yes, ah..’’
Anang terus naik ke atas lalu membuat secangkir kopi dari pada memikirkan orang yang sedang asyik bercinta di dalam kamar tersebut. Ia duduk santai sambil menikmati kopi yang sudah dibuatnya.
Tak berselang lama Anang berjalan menuju ke taman belakang, ia di kejutkan dengan suara kenikmatan lagi, ‘’suara siapa lagi ini..?’’ ucapnya pelan sambil melangkah mencari asal suara desahan tersebut.
Anang berhenti di depan pintu kamarnya Dewi, wanita itu adalah pembantu di rumah itu. ternyata Dewi sedang nonton film yes no di dalam kamarnya.
Dewi adalah janda yang sudah mempunyai anak satu, mempunyai tubuh yang seksi putih mulus dan dadanya lumayan besar tapi masih lebih besar kepunyaan Tante Lina.
Anang mengintip dari lobang pintu dan terlihat jelas apa yang di lakukan oleh Dewi, wanita itu sudah tidak memakai baju sambil tangan kanan sedang meremas dada miliknya dan tangan satunya masuk ke dalam rok yang di pakai.
3) Minta ijin
Saat sedang asyik-asyiknya mengintip, tanpa di sengaja Anang menyenggol pintu kamar itu dan terbuka karena tidak di kunci.
‘’Mas Anang?’’ ucap Dewi yang bergegas turun dari ranjang.
‘’Mba...mba Dewi..’’ ucap Anang yang kaget dan gugup.
‘’Jangan di luar, nanti ada yang melihat, mas’’ kata Dewi yang langsung menarik tangan Anang dan membawa masuk pemuda itu.
‘’Di dalam saja lebih aman, mas’’ ujar Dewi lagi lalu menutup pintu kamar.
Tanpa aba-aba Dewi langsung menyambar mulutnya Anang dengan bibir manisnya, mau tak mau Anang menyambut bibir manis wanita itu karena ia juga sudah menginginkannya. ‘’emmmhh..srup...’’.
Sejenak mereka melepaskan tautan bibir untuk mengambil nafas, lalu bibir mereka kembali bersatu saling berbagi kenikmatan. Dewi yang sudah lama menjanda dan tidak mendapat kepuasan dari laki-laki sangat bersemangat sekali.
Tak lama kemudian Dewi berjongkok di hadapan Anang dan membuka celana pemuda itu, ternyata Anang tidak memakai celana dalam sedari tadi pagi.
Dewi kaget dan terkejut melihat burungnya Anang panjang dan besar, biasanya Dewi melihat hanya di layar ponsel semenjak berpisah dengan suaminya. Kini ia bisa melihat secara langsung burung lelaki.
‘’Kenapa mba..?’’ tanya Anang.
‘’Gede banget punyamu, mas’’ jawab Dewi sambil mendongak ke atas sebentar.
‘’Kalau mba Dewi suka, silahkan saja mau diapakan’’ sahut Anang sambil mengusap rambut wanita tersebut yang masih berjongkok di hadapannya.
Dewi langsung memegang burungnya Anang lalu di masukkan ke dalam mulut seraya tangannya bergerak mau mundur sambil menggenggam burung Anang.
Anang merasa geli tapi sangat nikmat, burungnya semakin membesar di dalam mulut Dewi, ‘’terus mba, enak banget sumpah’’ kata Anang sambil tersenyum senang.
‘’Mas, langsung aja yuk, aku sudah gak tahan nih’’ ucap Dewi sambil menarik tangan Anang dan berbaring di atas ranjang.
Kedua orang itu berguling-guling secara bergantian di atas kasur empuk, kini Anang di bawah dan Dewi duduk di atasnya Anang sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur cantik.
Sedangkan Jaka dan Lina sudah selesai menyalurkan hasratnya, kedua orang itu berbaring sambil berpelukan hanya tertutup selimut sebatas pinggang saja.
Karena merasa haus Lina keluar kamar setelah memakai pakaiannya dan berjalan ke dapur. Anang dan Dewi masih semangat dengan permainan kenikmatan itu sampai mereka tak sadar kalau ada sepasang mata yang sedang mengintip di balik pintu.
Tak lama kemudian Anang melenguh lemas karena sudah melewati puncak kenikmatan bersama Dewi. Kedua orang itu beristirahat sejenak sambil berbaring di atas kasur. Sepuluh menit kemudian Anang keluar dari kamarnya Dewi.
Anang duduk santai di taman belakang, ia sengaja tidak langsung naik ke kamarnya karena takut ada yang melihat. Duduk santai di temani secangkir kopi memandangi taman tersebut.
‘’Ternyata kamu di sini , nang?’’ ucap Jaka yang baru saja datang menghampiri ke taman.
‘’Eh, iya om, sini ngopi’’ sahut Anang sedikit tersenyum.
‘’Pantesan tadi aku ketuk pintu kamar kamu tidak ada jawaban, eh ternyata orangnya di sini’’ kata Jaka lagi sambil duduk.
‘’Aku suka di sini om, sambil santai’’ balas Anang menoleh.
‘’Gimana kuliah kamu?’’ tanya Jaka.
‘’Lancar om’’ sahut Anang.
‘’Syukurlah kalau begitu’’ ucap Jaka.
‘’Om, saya mau minta ijin..?’’ Anang berkata sambil memainkan jari tangan.
‘’Ijin, emang kamu mau kemana?’’ tanya Jaka lagi karena penasaran.
4) Mengintip
‘’Gak kemana-mana om, tapi aku minta ijin karena aku mau kerja di cafe temanku, om’’ jawab Anang.
‘’Terus kuliah kamu gimana?’’ ucap Jaka.
‘’Sepulang kuliah, aku ke cafe sampai jam sebelas malam, om’’ kata Anang lagi menjelaskan.
‘’Apa uang jajan yang om kasih masih kurang?’’ kata Jaka.
‘’Gak kurang kok, supaya ada kegiatan aja sepulang kuliah, om’’ jawab Anang.
‘’Begini saja, tanya sama temen kamu berapa biaya untuk buka cafe, kita buka cafe sendiri dan kamu yang mengelolanya bersama tante, gimana?’’ Jaka memberikan solusi yang terbaik untuk Anang.
‘’Tapi om, bukan itu maksud aku’’ ucap Anang.
‘’Om, gak setuju kalau kamu bekerja di orang lain. Kamu adalah harapan om, walaupun kamu bukan anak kandung tapi om mau kamu bahagia’’ balas Jaka yang sudah menganggap Anang sebagai anaknya sendiri.
‘’Nanti sore kita ke cafe teman kamu, kita ngobrol dengan teman kamu itu, gimana?’’ Jaka memberikan saran.
‘’Serius om..?’’ tanya Anang.
‘’Iya, nanti sekalian ajak tantemu’’ balas Jaka.
‘’Makasih om’’ ucap Anang yang merasa senang.
‘’Wah..apa nih yang asyik asyik..’’ suara tante Lina yang baru saja datang menghampiri mereka berdua.
‘’Mah, duduk sini deh’’ sahut Jaka tersenyum pada istrinya.
‘’Nanti sore kita nongkrong di cafe temennya Anang, mamah mau ikut gak?’’ ajak Jaka kepada istrinya.
‘’Masa kalian pergi aku gak ikut, gimana sih papah ini’’ balas Lina dengan manja.
‘’Kayaknya tadi ada obrolan yang lain deh, kelihatannya serius banget tadi mamah lihat’’ sambung Lina lagi.
‘’Oh itu, tadi Anang minta ijin sama aku, katanya dia mau kerja sama temennya yang punya cafe itu’’ balas Jaka, ‘’menurut papah dari pada kerja sama temen mending buka aja sendiri’’ sambungnya.
‘’Itu ide bangus pah, mamah juga setuju kok’’ sahut Lina yang sangat antusias.
‘’Gimana Nang?’’ tanya Lina.
‘’Mmm..gimana yah, jangan dulu deh tan, apa itu gak terlalu berlebihan?’’ jawab Anang.
‘’Kamu gimana sih, di modalin malah gak mau. Malah pilih kerja sama orang lain’’ ucap Lina sedikit cemberut.
‘’Maksudku bukan gitu tan, tante sama om sudah banyak mengeluarkan uang buat Anang. Aku gak mau merepotkan kalian lagi’’ balas Anang yang merasa selalu merepotkan mereka.
‘’Nang, dengerin om ya, tadi om sudah bilang, kamu itu sudah kami anggap seperti anak sendiri. Jadi apapun yang kamu mau kami akan berusaha mengabulkannya, bahkan nanti semua yang om punya bakal menjadi milik kamu, karena om tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu’’ Jaka menasehati.
Anang tertunduk diam mencerna ucapan om Jaka, ia merasa beruntung mempunyai orang tua angkat yang baik hati dan sangat menyayanginya.
Sore hari ketika Anang mau ke kamarnya, ia menghentikan langkah kaki ketika mendengar suara desahan kenikmatan dari kamarnya tante Lina. Anang penasaran lalu ia mendekat menuju ke kamarnya tante Lina. Ia juga penasaran ingin melihat jelas kemolekan tubuh tante Lina yang selama ini menggodanya.
Anang berjalan mengendap-endap seperti maling mendekat ke pintu kamar, tapi usahanya gagal karena mba Dewi melihatnya lalu menarik baju Anang.
‘’Eh, mba Dewi bikin kaget aja sih’’ ucap Anang pelan sambil menoleh.
‘’Hayo mau ngapain..?’’ kata Dewi.
‘’Gak kok, aku cuma kebetulan lewat, gak ngapain-ngapain’’ balas Anang berkilah.
‘’Banyak alasan! Mulai sekarang kalau mas Anang mau datang saja ke kamarku, aku akan membuat kamu puas kenikmatan’’ ucap Dewi sambil tersenyum.
‘’Mba Dewi serius?’’ tanya Anang memastikan.
‘’Serius dong sayang’’ balas Dewi lalu menjawil burungnya Anang.
Comments